Setiap desain rumah pada dasarnya dirancang sesuai fungsinya seperti adagium dalam rancang bangunan yang sering disebut-sebut sebagai berikut: "bentuk menyesuaikan dengan fungsinya." Di samping itu, ada satu hal lagi yang diperhatikan dalam merancang bangunan, yaitu faktor keamanan. Kedua faktor tersebut telah menjadi semacam etika dalam menciptakan desain rumah. Keduanya diolah, dikembangkan, direkayasa, dan disempurnakan dengan memperhatikan unsur-unsur keindahan untuk menciptakan sebuah karya desain, sehingga jadilah seni desain yang tidak hanya beretika, tetapi juga mempunyai nilai estetika.
Unsur Estetika Inderawi dalam Desain Rumah
Saat kita mengkaji sebuah bangunan, kita mulai dengan mengamati fasadnya, yaitu sisi wajah depan bangunan dan mengidentifikasi unsur-unsur estetika yang membangun keindahan keseluruhan desainnya. Menurut Harry S. Broudy, hal pertama yang kita perhatikan dari sebuah bangunan adalah unsur-unsur yang secara langsung menarik kesan inderawi kita, yaitu: garis, bentuk, tekstur, warna, pencahayaan (gelap terang), dan ruang.
Kesan visual yang indah tercipta saat kita memandang fasad Armada House rancangan Keith Baker |
Garis
Garis terdiri dari titik-titik yang bersambung tanpa putus yang bisa dibuat dengan menggunakan alat tulis. Untuk menimbulkan suatu kesan pada bangunan, bisa diaplikasikan garis-garis tipis atau tebal, lurus atau bersudut-melengkung, bergerigi atau rata, diagonal atau horisontal-vertikal, ringan atau masif, dan sebagainya. Dalam desain rumah misalnya, kesan garis-garis sering ditonjolkan dengan bahan bangunan yang dipilih, seperti garis-garis acak yang terbentuk pada batu alam, kisi-kisi pemanis, atau dinding kaca. Kesan garis bisa juga muncul dari rancangan bentuk dan massa (massing) bangunan sehingga nampak menjulang/vertikal atau datar/horisontal. Dalam desain interior rumah, pola-pola garis vertikal atau tegak pada dinding akan membuat kesan ruangan terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan ruangan dengan dinding yang bercorak kembang-kembang.
Bentuk
Bentuk diciptakan dari garis tertutup. Bentuk dua dimensi digambar pada permukaan yang rata seperti kertas atau papan tulis, sedangkan bentuk tiga dimensi mempunyai ruang. Bentuk dua dimensi berupa segi empat (bujur sangkar, jajaran genjang, dan persegi panjang), segi tiga (sama sisi, sama kaki, siku-siku), lingkaran, dan sebagainya. Bentuk tiga dimensi bisa kubus, bola, elips, limas, dan sebagainya. Dengan menggunakan perspektif, gambar desain dua dimensi sebuah rumah ditampilkan seperti dalam bentuk tiga dimensi.
Tekstur
Tekstur merupakan penampilan permukaan yang dapat kita rasakan dari sebuah objek dan memang diciptakan untuk selalu dinilai dengan sentuhan. Walau demikian, sekali kita menyentuh dan merasakan sebuah benda biasanya kita akan dapat menilai suatu tekstur dengan melihatnya saja dan bisa menggambarkan bagaimana rasanya. Bahan bangunan bisa dipilih untuk mendapatkan daya tarik visual ini. Misalnya, bahan yang keras dan bergerigi bisa dipakai untuk membuat kesan kasar pada bangunan rumah. Kayu ukir dengan tekstur halus bisa dipakai untuk membuat rumah berkesan ringan dan terbuka. Tekstur juga bisa dibuat dengan teknik layering (penumpukan) bentuk-bentuk. |
Yang perlu diperhatikan, terlalu banyak tekstur bisa mengganggu kesan visual itu sendiri. Untuk itu, pengembangan tekstur seyogyanya dilakukan selalu dengan pertimbangan kenyamanan suasana.
Warna
Warna adalah sebuah elemen persepsi visual yang berhubungan dengan bagaimana mata kita menangkap cahaya. Untuk membedakan tiap persepsi ini, kita menamakannya merah, biru, kuning, dan sebagainya. Setiap arsitek memanfaatkan warna dalam memilih bahan bangunan dengan mempertimbangkan efek warna-warna tersebut pada setiap unsur konstruksi bangunan. Begitu pula para desainer interior selalu mempertimbangkan apakah akan memakai warna yang membumi dan alami seperti kayu, batu, batu-bata, marmer, warna hangat dengan nada warna-warna kuning, hingga mengeksplorasi berbagai warna yang ada.
Pencahayaan (gelap terang)
Gelap terang merupakan persepsi relatif kita terhadap cahaya. Konsep pencahayaan ini juga dipakai untuk menangkap ketertarikan visual pada sebuah bangunan. Kesan ini bisa dibangun dengan sensasi ruangan berkesan dalam, suasana teduh terik atau ceria suram (gloomy) dengan permainan bayangan. Terowongan atau lorong sempit misalnya akan menampakkan kesan gelap, sedangkan ruang yang luas dan datar akan kelihatan terang. Pemakaian kaca film yang gelap juga akan menciptakan ilusi ruangan yang gelap pada bangunan rumah.
Ruang
Ruang adalah posisi relatif sebuah objek tiga dimensi terhadap yang lainnya. Ruang adalah pertimbangan paling penting dalam mendesain rumah karena keseluruhan bangunan harus sesuai dengan fungsinya. Ukuran ruangan, tinggi langit-langit, jumlah orang yang akan menempati, padatnya aktivitas dalam ruang bangunan tersebut, dan mudahnya akses masuk dan keluar ruangan harus seimbang. Keindahan sebuah bangunan dapat dilakukan dengan memvariasikan lebar dan tinggi ruangan. Ruang juga berhubungan dengan jumlah lahan yang akan ditempati bangunan, yang sisanya akan disebut lahan atau ruang terbuka.
***
Dengan memadukan keempat unsur inderawi di atas, kita membangun kesan visual dalam desain rumah. Dari sinilah titik tolak bagaimana sebuah bangunan akan terwujud nanti setelah dibangun. Untuk membuat desain rumah yang kokoh namun juga indah, kepekaan menerima kesan wujud yang dapat diindera ini harus terus dilatih dalam diri setiap arsitek. Pada akhirnya, kesan wujud inderawi yang dibangun dapat menghindarkan kebosanan dan membentuk empati penghuni rumah sehingga dapat tercipta suasana yang harmonis dan nyaman.
0 Response to "Membangun Kesan Visual dalam Desain Rumah"
Posting Komentar